Pages

Sabtu, 05 Mei 2012

Kita Tetap Sahabat

Disuatu daerah kecil terdapat sebuah sekolah yang sekarang dinamakan SMP Negeri 25 Bakti dengan bangunan yang sudah lumayan tua dan pagar besi hitam yang mengelilingi sekolah itu. Dan disekitar sekolah itu terdapat persawahan yang masih alami sehingga menyejukkan suasana di sekolah. Aku adalah salah satu murid baru di sekolah itu. Aku pindahan dari SMP Negeri 7 Sinar Jaya. Aku pindah sekolah karena mengikuti orang tuaku yang di tugaskan bekerja di salah satu perusahaan yang dekat dengan sekolah baruku. Awalnya aku ragu untuk pindah sekolah karena aku takut tidak ada yang mau berteman denganku. Tetapi aku mencoba untuk menuruti keinginin orang tuaku.
****
Pagi itu aku dan orang tuaku membereskan semua barang-barang yang akan dibawa untuk pindah. Saat perjalanan berlangsung aku tertidur. Beberapa jam kemudian aku terbangun dan kamipun sampai di rumah baru yang akan kami tempati. Kemudian kami membereskan barang-barang yang telah dibawa yang akan disimpan di rumah baruku.
****
Keesokan harinya, aku masuk sekolah untuk pertama kalinya di sekolah baruku. Dan aku di antar oleh salah satu guru di sekolah itu. Aku sangat malu karena hampir semua siswa tertuju kepadaku. Lalu aku langsung memperkenalkan diri di hadapan teman-teman baruku “selamat pagi. Perkenalkan nama aku Rahma, aku pindahan dari SMP Negeri 7 Sinar Jaya” kataku, kemudian guru menyuruhku duduk di bangku depan yang mana di bangku tersebut hanya ada siswi yang duduk seorang diri, dengan tatapan mata yang tertuju padaku seakan-akan dia ingin berteman denganku.
“Hi, nama aku Ririn” ujar Ririn dengan suara yang pelan
“Hi juga, aku Rahma” jawabku dengan memberikan tersenyum
Bel istirahatpun berbunyi, aku dan temanku Ririn hendak pergi ke kantin namun ada Siksa dan teman-teman yang lain ingin ikut ke kantin bersamaku. Kemudian dengan senang hati aku bersama mereka lalu pergi ke kantin. Kami berbincang-bincang selagi masih di kantin. Sering kali aku perhatikan, Ririn hanya terdiam saja ketika aku tanya dan dia hanya mengangguk-ngangguk kepala saja tanpa kata yang keluar dari mulutnya.
“Rin, kamu kenapa?” tanyaku dengan rasa heran.
Ririn hanya menggelengkan kepala.
“kamu sakit Rin?” tanyaku dengan penuh penasaran.
Ririn menggelengkan kepala untuk yang kesekian kalinya lagi. Lalu bel berbunyi itu tandanya bahwa istirahat sudah berakhir. Kami semua beranjak dari tempat duduk dan segera masuk kelas.
Tepat pukul 12.00 seluruh siswa saatnya pulang. Dan aku pulang bersama Ririn yang kebetulan rumahnya searah dengan rumahku. Hanya saja jarak rumah aku dari sekolah lebih dekat dari pada jarak rumahnya Ririn. Tiba-tiba aku teringat ketika kita makan di kantin tadi, karena aku masih heran dengan sikapnya maka aku bertanya lagi.
“Rin, waktu kita di kantin kok kamu diam saja?” tanyaku penasaran
“nanti kamu juga tahu” jawabnya sembari nunduk
Sejenak aku terdiam dan masih bingung dengan jawabannya. Aku bertanya lagi dengan sedikit memaksa.
“ayo Rin cerita saja padaku” seruku pada Ririn.
Kemudian Ririn menceritakan semuanya kepadaku bahwa dirinya tidak pernah ditemani oleh teman-teman sekelasnya dan dia juga suka di ejek sama teman-temannya yang ternyata orang yang suka mengejek Ririn adalah Siska dan teman-temannya, kata orang mereka adalah GENG. Sebelumnya Ririn berteman dengan Indah dan Sindy. Namun, GENGnya Siska tersebut mengancam mereka supaya menjauhi Ririn karena Ririn adalah murid yang keluarganya tidak punya di antara teman-teman sekelasnya. Sehingga Siska dan gengnya merasa tidak selevel berteman dengan Ririn. “Aku pikir mereka memang sering makan bareng kala istirahat tiba. Tetapi,  ternyata itu salah, pantas saja tadi sikap Ririn seperti itu” kataku dalam hati sambil mengehela nafas.
Sampai dirumah aku langsung menemui mamah dan mencium tangannya dengan penuh kegembiraan campur sedih.
“gimana tadi sekolahnya?” Tanya mamah dengan penuh penasaran
“baik kok mah, Rahma suka dengan sekolah baru Rahma dan Rahma juga sudah punya banyak teman di kelas” jawabku sembari tersenyum.
Saat  itu juga aku langsung menceritakan pada mamah hari pertamaku masuk sekolah, aku senang sekali karena teman-temanku menghargai kedatangan aku sebagai murid baru di sekolah itu.
“tapiiiiii…………” kataku dengan wajah sedih.
Raut wajah mamah semakin penasaran dan heran lalu bertanya lagi.
“tapi kenapa? Loh kok malah cemberut” Tanya mamah sambil mengerutkan kulit keningnya.
Kemudian aku menceritakan kembali kepada mamah apa yang di katakana Ririn tadi. Mendengar semua itu memang miris sekali apa yang dialami oleh teman baruku Ririn. Lagi sedih-sedihnya tiba-tiba mamah malah menggelitik aku dan memintaku untuk segera berganti pakaian dan langsung makan siang.
****
Keesokan harinya aku berangkat sekolah, tanpa di sengaja aku bertemu Ririn di jalan dan kita berangkat bersama. Sampainya di sekolah bel masuk pun berbunyi dan kita langsung masuk kelas dan duduk. Saat istirahat tiba, Indah dan Sindy mengahampiri aku dan Ririn lalu kita pergi ke kantin. Saat kita sedang makan, GENGnya Siska menatap tajam ke arah kita seakan-akan mereka tidak senang. Aku sempat mengajak mereka makan bareng tapi mereka menolaknya dengan penuh kekesalan di wajahnya. Aku hanya mambalas senyuman kepada mereka. Dan mereka pun langsung pergi dari kantin dengan kekesalannya. Dari situ kita sudah mulai dekat, suka mengerjakan tugas bersama, dan kita sering bermain bersama. Sehingga terbentuk persahabatan di anatara kita.
****
2 tahun kemudian persahabatan kita masih tetap berjalan dengan baik, tiba-tiba Sindy mengatakan kepadaku bahwa Ririn bersahabat denganku hanya untuk memanfaatkan apa yang aku punya dan mengatakan bahwa Ririn sudah bosan bersahabat denganku dan menjelek-jelekan aku. Awalnya aku tidak percaya tetapi tiba-tiba setelah itu Ririn semakin menjauh dariku. Dengan semua itu aku mulai sedikit percaya apa yang di katakana Sindy dan akupun sempat menjauhi Ririn juga sehingga kami saling berjauhan. Pada saat itu pikirkanku tertuju kata-kata yang di ucapkan Sindy dan sikap Ririn kepadaku.
****
1 Minggu kemudian kami membicarakan untuk menyelesaikan permaslahan ini dan ternyata Sindy hanya mengadu domba antara aku dan Ririn, aku sangat kecewa dengan apa yang sudah dilakukannya, aku langsung pergi meninggalkan mereka. Sampainya dirumah aku langsung masuk kamar tanpa memberikan salam kepada mamah yang biasa aku lakukan setelah pulang sekolah. Mamah yang sedang menyiapkan makan siang langsung dibawa heran olehku, kemudian mamah menghampiri ke kamarku
“Rahma kamu kenapa? Tidak seperti biasanya bertingkah seperti ini?” sahut mamah sambil mengetuk pintu.
Aku tidak menjawab sahutan mamah sehingga membuat mamah khawatir kepadaku.
“Rahama buka pintunya, kalo kamu lagi ada masalah cerita sama mamah jangan seperti ini. Mamah sudah siapkan makan siang buat kamu ayo turun mamah tunggu di bawah” seru mamah sambil berjalan menuju meja makan.
Lalu aku segera berganti pakaian dan turun menuju meja makan. Saat makan berlangsung mamah memaksaku untuk bercerita tapi aku tak ingin mamahku terlibat dalam masalah ini karena aku fikir aku bisa menyelesaikannya sendiri.
****
Keesokan harinya, saat ku masuk kelas ternyata hanya ada Sindy, aku menatap tajam kepadanya, membuatku teringat akan semua perbuatanya. Emosiku mulai memuncak akhirnya aku marah kepadanya dan kami sempat beradu mulut di kelas, sampai tanganku hampir melayang ke wajahnya namun Ririn dan Indah segera datang dan mencoba untuk memisahkna kita dan menenagkan kita. Beberapa saat kemudian aku sudah mulai tenang kamudian Ririn dan Indah menceritakan kepada kita bahwa ternyata GENGnya Siskalah yang telah membuat persahabatan kita menjadi seperti ini.
“maksudnya apa? Kalian tahu dari mana kalau semua ini penyebabnya mereka?” tanyaku yang masih bingun pada Ririn dan Indah.
Kemudian mereka menceritakan bahwa kemarin ketika mereka sedang makan di kantin tiba-tiba Siska dan geng datang dan mereka berbicara dengan suara lantang, mereka tidak tahu bahwa Ririn dan Indah ada disana, mereka puas dengan apa yang terjadi pada kita, dan Siska jugalah yang telah menghasut Sindy agar Sindy mengadu domba antara aku dan Ririn.
Kini aku sudah mulai mengerti, dengan penuh sesal aku segera meminta maaf kepada semua sahabatku. Untungnya saja mereka mau memaafkan aku. Akhirnya kita kembali lagi seperti dulu dimana kita selalu bersama dalam segala apapun dan sampai sekarang, besok, lusa dan seterusnya kami akan tetap jadi sahabat selamanya.

THE END